Fiorentina Berhasil Comeback dari Parma

Fiorentina Berhasil Comeback dari Parma

Dalam laga yang penuh ketegangan, Fiorentina menunjukkan semangat juang tinggi dengan berhasil membalikkan keadaan dari ketinggalan 2-0 menjadi kemenangan lewat adu penalti. Pertandingan yang digelar di Stadion Artemio Franchi, Florence, pada Kamis (7/12/2023) dini hari WIB, ini menjadi saksi kegigihan Fiorentina untuk melangkah ke perempat final Piala Italia.

Awalnya, Parma tampak menguasai permainan dengan mencetak dua gol yang disumbangkan oleh Adrian Barnabe dan Ange Bony. Namun, determinasi Fiorentina tidak surut. Mereka berhasil menyamakan skor menjadi 2-2 menjelang akhir waktu normal, berkat kontribusi M’bala Nzola dan penalti cermat dari Ricardo Sottil.

Keunggulan Fiorentina terlihat jelas saat adu penalti. Mereka berhasil mengeksekusi semua penalti dengan sempurna, sementara Parma gagal di dua kesempatan. Hasil ini tidak hanya membawa Fiorentina ke babak selanjutnya, tetapi juga menyiapkan mereka untuk menghadapi pemenang dari duel Inter Milan dan Bologna.

Dari segi statistik, Fiorentina mendominasi penguasaan bola dengan 66 persen dan melakukan 19 percobaan tendangan. Walaupun Parma lebih unggul dalam akurasi tendangan, Fiorentina membuktikan keefektifannya di lapangan.

Pertandingan ini juga menampilkan serangan yang sengit dari kedua tim. Fiorentina, yang lebih dulu menginisiasi serangan, sempat tertinggal oleh kecepatan serangan balik Parma. Namun, semangat La Viola untuk tidak menyerah terbukti membuahkan hasil positif di menit-menit terakhir.

Kemenangan ini mengukuhkan posisi Fiorentina sebagai salah satu kontestan terkuat di Piala Italia musim ini, membuktikan kemampuan mereka untuk bangkit dari tekanan dan mengatasi situasi sulit dengan brilian.

Profil dan Peta Kekuatan Grup D Piala Dunia U17 2023 Indonesia

Grup D Piala Dunia U17 2023

Piala Dunia U17 2023 yang diselenggarakan di Indonesia menjanjikan persaingan sengit di antara tim-tim muda berbakat dari seluruh dunia. Salah satu grup yang menarik perhatian adalah Grup D, di mana keempat tim peserta memiliki keunikan dan potensi yang berbeda-beda. Artikel ini akan membahas profil dan peta kekuatan dari setiap tim di Grup D.

Tim-tim di Grup D

1. Tim Nasional U17 Brasil

Brasil, negara dengan sejarah sepak bola yang kaya, selalu menjadi favorit di setiap turnamen. Tim U17 mereka dikenal dengan teknik individu yang luar biasa dan gaya bermain menyerang. Pemain-pemain muda Brasil sering kali menunjukkan keterampilan yang mengagumkan dan kecepatan yang luar biasa.

2. Tim Nasional U17 Jerman

Jerman dikenal dengan organisasi permainan dan disiplin taktik yang tinggi. Tim U17 mereka membawa tradisi sepak bola Jerman dengan permainan yang terstruktur dengan baik dan pertahanan yang solid. Jerman selalu menjadi pesaing yang tangguh di setiap turnamen.

3. Tim Nasional U17 Nigeria

Nigeria telah lama dikenal sebagai kekuatan sepak bola di Afrika. Tim U17 mereka memiliki kecepatan dan kekuatan fisik sebagai keunggulan utama. Selain itu, Nigeria sering menghasilkan pemain-pemain yang memiliki kemampuan mencetak gol yang luar biasa.

4. Tim Nasional U17 Jepang

Jepang menunjukkan kemajuan yang pesat dalam sepak bola. Tim U17 mereka dikenal dengan teknik yang baik dan permainan tim yang solid. Jepang mampu mengombinasikan disiplin taktik dengan kreativitas dalam bermain.

Analisis Peta Kekuatan

Brasil

Brasil, dengan sejarah sepak bolanya, akan mengandalkan kreativitas dan kecepatan pemain muda mereka. Mereka mungkin akan mendominasi penguasaan bola dan menciptakan banyak peluang.

Jerman

Jerman akan fokus pada organisasi permainan dan transisi yang cepat dari bertahan ke menyerang. Disiplin taktik mereka akan menjadi kunci dalam menghadapi lawan yang berbeda gaya bermainnya.

Nigeria

Kecepatan dan kekuatan fisik akan menjadi aset utama Nigeria. Mereka mungkin akan mengandalkan serangan balik cepat dan memanfaatkan kekuatan fisik pemainnya.

Jepang

Jepang akan mengandalkan kerjasama tim dan disiplin dalam bermain. Teknik yang baik dari pemainnya akan menjadi kunci dalam menghadapi tim-tim dengan gaya bermain fisik.

Grup D Piala Dunia U17 2023 di Indonesia menjanjikan persaingan yang menarik dengan keberagaman gaya bermain dari setiap tim. Brasil dan Jerman mungkin akan menjadi favorit, namun Nigeria dan Jepang memiliki potensi untuk memberikan kejutan. Kita akan menantikan pertandingan-pertandingan seru dari grup ini.

 

5 Pemain yang Paling Sering Main Bareng Gianluigi Buffon

5 Pemain yang Paling Sering Main Bareng Gianluigi Buffon

Dalam sejarah sepak bola, sedikit figur yang memiliki pengaruh sebesar Gianluigi Buffon, seorang kiper yang namanya telah menjadi sinonim dengan kehebatan dan ketangguhan. Berkarir selama lebih dari dua dekade, Buffon tidak hanya dikenal karena kemampuan luar biasanya di bawah mistar gawang, tetapi juga karena kepiawaiannya dalam membangun sinergi dengan para pemain di depannya. Dari sekian banyak talenta sepak bola yang pernah bermain bersamanya, ada lima nama yang menjadi ikonik dalam perjalanan karirnya. Artikel ini akan mengulas tentang “5 Pemain yang Paling Sering Main Bareng Gianluigi Buffon”, mengungkap kisah di balik kerjasama mereka di lapangan hijau yang tidak hanya memperkuat tim, tetapi juga meninggalkan jejak dalam sejarah sepak bola.

Claudio Marchisio

1. Claudio Marchisio

Claudio Marchisio, yang merupakan produk dari akademi Juventus, sering kali menjadi andalan di lini tengah. Ia dan Buffon telah berbagi banyak momen di Juventus maupun tim nasional Italia. Keduanya memiliki chemistry yang baik, dan Marchisio sering kali membantu Buffon dengan pertahanan yang solid dari lini tengah.

Alessandro Del Piero

2. Alessandro Del Piero

Alessandro Del Piero, salah satu striker terbaik yang pernah dimiliki Italia, sering kali bermain bersama Buffon. Mereka berdua telah melalui banyak pertandingan penting bersama Juventus dan tim nasional, termasuk meraih berbagai gelar juara. Koneksi mereka di lapangan dan luar lapangan sangat terkenal.

Fabio Cannavaro

3. Fabio Cannavaro

Fabio Cannavaro, bek tengah yang tangguh, sering bermain di depan Buffon, baik di Juventus maupun di tim nasional Italia. Keduanya merupakan bagian dari tim yang memenangkan Piala Dunia FIFA 2006. Pertahanan Cannavaro yang kokoh sering membantu Buffon menjaga gawangnya tetap aman.

Lilian Thuram

4. Lilian Thuram

Lilian Thuram, pemain bertahan yang lincah dan kuat, bermain bersama Buffon di Parma dan kemudian di Juventus. Thuram terkenal dengan kemampuan bertahannya yang luar biasa, yang sering kali menjadi tembok pertahanan terakhir sebelum Buffon. Keduanya memiliki sinergi yang baik dalam menjaga pertahanan.

Giorgio Chiellini

5. Giorgio Chiellini

Giorgio Chiellini, bek tengah yang terkenal dengan gaya bertahan yang keras namun cerdas, telah lama menjadi rekan setim Buffon di Juventus. Mereka berdua memiliki pemahaman yang baik tentang cara bermain bersama, dengan Chiellini sering menjadi benteng pertahanan yang kokoh untuk Buffon.

Buffon, sebagai kiper legendaris, tentu saja telah bermain dengan banyak pemain hebat. Namun, kelima pemain ini memiliki hubungan khusus di lapangan dengan Buffon, membantu membentuk beberapa momen terbaik dalam karirnya. Mereka tidak hanya sekadar rekan setim, tetapi juga bagian penting dari sejarah sepak bola Italia.

Gigi Buffon Gantung Sarung Tangan di Parma, Juventus Beri Penghormatan

Gigi Buffon Gantung Sarung Tangan di Parma

Legenda sepak bola Italia, Gianluigi Buffon, secara resmi mengumumkan pengunduran dirinya sebagai pemain profesional. Bertempat di stadion Ennio Tardini, Parma, kota di mana Buffon memulai karirnya, ia menyatakan pensiun dari dunia sepak bola yang telah membesarkan namanya. Juventus, klub yang paling lama dibela oleh Buffon, memberikan penghormatan khusus atas kontribusi dan dedikasinya selama ini.

Buffon, yang kini berusia 43 tahun, telah mencapai banyak prestasi selama karirnya, termasuk memenangkan Piala Dunia FIFA 2006 bersama Italia. Karirnya yang panjang dan cemerlang mayoritas dihabiskan bersama Juventus, di mana ia memenangkan berbagai gelar domestik dan internasional. Keputusan Buffon untuk pensiun di Parma, klub yang memulai karirnya, dianggap sebagai langkah yang simbolis dan menghormati akar sepak bolanya.

Juventus, melalui pernyataan resminya, menyatakan rasa hormat dan terima kasih yang mendalam kepada Buffon. “Gigi tidak hanya seorang kiper legendaris, tetapi juga seorang simbol dari dedikasi, profesionalisme, dan cinta pada permainan ini,” ujar pernyataan tersebut. Juventus juga mengadakan serangkaian acara penghormatan, termasuk video tribut yang memperlihatkan momen-momen terbaik Buffon bersama Bianconeri.

Fans sepak bola, khususnya pendukung Juventus dan Parma, turut berduka atas pengunduran diri Buffon. Media sosial dibanjiri pesan-pesan penghormatan dan apresiasi terhadap salah satu kiper terbaik dunia ini. Buffon sendiri menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada semua pihak yang telah mendukung perjalanan kariernya, dari Parma hingga Juventus, dan pada akhirnya kembali ke Parma.

Kepergian Buffon dari dunia sepak bola menandakan akhir era bagi seorang kiper yang telah memberikan banyak inspirasi dan momen tak terlupakan. Meski telah pensiun, warisan yang ditinggalkannya tidak akan pernah pudar dari ingatan para penggemar sepak bola di seluruh dunia.

Panduan Membaca dan Menghitung Kei di Taruhan Sepak Bola

Menghitung Kei di Taruhan Sepak Bola

Sebelum kamu memulai bermain judi bola, ada baiknya kamu mengenali istilah yang satu ini. Kei atau Odds bisa dikatakan juga sebagai nilai taruhan, sebuah nilai yang kemudian akan dikalikan dengan modal taruhanmu untuk dijadikan uang kemenangan saat tebakanmu tepat. Artikel ini penting untuk diketahui karena menghitung kei/odds adalah dasar dari bertaruh sepak bola. Tidak semua Kei dengan nilai terbesar adalah taruhan yang paling menguntungkan, karena itu membaca Kei adalah sebuah poin penting sebelum mulai bermain. Mari langsung saja kita bahas apa sih Kei itu?

Cara Membaca Kei atau Odds

Perlu kamu ketahui bahwa Kei/Odds itu terbagi menjadi 2 jenis, yang pertama adalah Kei plus (+) dan yang kedua adalah Kei minus (-). Keduanya memberikan nilai yang berbeda-beda, dimana Kei plus hanya akan mempengaruhi perhitungan jika kamu menang atau plus (+) dan Kei minus hanya akan mempengaruhi perhitungan jika kamu kalah atau minus (-).

Di dalam platform agen bola SBOBET, jika kamu bertaruh pada pada taruhan dengan Kei minus, dan lalu kamu memenangkan taruhan tersebut maka perhitungan hasil kemenanganmu tidak akan terpengaruh. Begitu juga sebaliknya jika kamu bertaruh pada taruhan dengan Kei plus, lalu kamu kalah taruhan tersebut maka hasil yang harus dibayarkan juga tidak akan terpengaruh oleh Kei. Tetapi berbeda jika kamu bertaruh pada Kei plus lalu menang dan juga sebaliknya, lihat contoh dibawah untuk lebih lanjut.

  • Jika kamu bertaruh Kei plus lalu kamu menang maka uang kemenanganmu akan bernilai lebih
  • Jika kamu bertaruh Kei minus lalu kamu kalah maka kamu harus membayar kekalahan lebih

Contoh Kei

Gambar di atas adalah contoh dari pasaran sebuah pertandingan. Perhatikan kotak warna merah.

  • 1.01, 1.23, 1.42 = Kei Plus
  • -1.08, -1.35, -1.58 = Kei Minus

Mari kita pelajari juga cara menghitungnya:

  • Bertaruh 100.000 pada Home HDP 0-0.5 (dibaca di-fur seperempat) dan Kei plus 1.01 dan menang
  • Maka kamu akan mendapatkan: 1.01 x 100.00 = 101.000
  • Bertaruh 100.000 pada Away HDP 0-0.5 (memberi fur seperempat) dan Kei minus -1.08 dan kalah
  • Maka kamu harus membayar senilai: -1.08 x 100.000 = -108.000
  • Bertaruh 100.000 pada Home HDP 0.50 (di-fur setengah) dan Kei minus -1.35 dan menang
  • Maka kamu akan mendapatkan: 100.000
  • Bertaruh 100.000 pada Away HDP 0.50 (memberi fur setengah) dan Kei plus 1.23 dan kalah
  • Maka kamu harus membayar senilai: 100.000

Jenis-Jenis Odds/Kei

Odds/Kei sendiri terdiri dari 5 jenis, ada Odds Indonesia, Hongkong, Malaysia, Amerika/United States dan Dec/Decimal. Mari kita bahas satu per satu masing-masing jenis tersebut.

  1. Odds Indonesia

Odds Indonesia merupakan salah satu Kei termudah untuk dipelajari. Angka berwarna hitam berarti Kei plus, sedangkan angka berwarna merah adalah Kei minus. Cara hitung dan membacanya sama dengan penjelasan di atas.

  1. Odds Hongkong

Odds Hongkong berbanding terbalik dengan Indonesia. Pada taruhan yang menggunakan Odds Hongkong, kei akan selalu minus dan terhitung saat kita menang. Jika kita bertaruh 100.00 pada Kei 0.92 di pertandingan liga inggris, saat kalah kita akan membayar 100.000, dan saat menang kita hanya mendapatkan 92.000.

  1. Odds Malaysia/MY

Pada odds Malaysia kita tidak akan mendapatkan uang lebih jika menang, karena rata-rata pasaran Malaysia kei dibebankan kepada tim unggulan. Dan untuk tim yang bukan unggulan perbedaan tidak terlalu signifikan.

  1. Odds United States/US

Odds US perhitungannya sama dengan Odds Indonesia, tetapi menggunakan persen (%). Contohnya adalah, kamu bertaruh 100 pada Manchester United di Odds 105, maka perhitungannya adalah 100 x 105% = 105.000

  1. Odds Desimal/Dec

Nilai odds desimal harus dikurangkan dengan angka 1 baru dikalikan. Contoh Odds Desimal adalah, kamu bertaruh 100.000 pada Manchester United dan Odds bernilai 1.95. Maka perhitungannya adalah 100.000 x (1.95-1) = 100.000 x 0.95 = 95.000

Nah dari penjelasan tim kami di atas seharusnya sekarang kamu sudah siap untuk bertaruh, jika masih ada yang kurang jelas, mungkin artikel tentang cara main bisa memberikan jawaban yang lebih detil dan mudah dimengerti. Membaca Kei memang memerlukan sedikit membaca. Sekarang saatnya kamu coba terapkan ilmu baru ini, atau mungkin kamu masih membutuhkan sedikit panduan untuk bertaruh, langsung saja klik di sini. Happy betting!

Kesepakatan Sponsor Ebury Inks dengan Klub Sepak Bola Italia Parma Calcio 1913

Ebury Sponsor Parma

Parma bermain di Serie B Italia, yang merupakan divisi tertinggi kedua.

Ebury menjadi partner training kit resmi.

Ebury, perusahaan fintech global yang menggerakkan transaksi lintas batas, telah mengumumkan kemitraan olahraga terbarunya dengan klub sepak bola Italia Parma Calcio 1913. Ebury menjadi mitra pelatihan resmi untuk sisa musim pertandingan 2022/2023 saat ini.

Meski Parma saat ini bermain di divisi kedua sepak bola Italia, Serie B, Parma memiliki sejarah banyak turnamen sukses sejak didirikan lebih dari 100 tahun lalu. Tahun-tahun terbaik klub adalah antara tahun 1992 dan 2022. Saat itu, Parma memenangkan Piala Copa Italia nasional tiga kali, Piala UEFA dua kali, dan Piala Super Eropa serta Piala Winners UEFA satu kali.

Sebagai sponsor pelatihan, merek Ebury akan muncul di seragam dan perlengkapan latihan tim.

“Kami senang mendukung tim seperti Parma: klub yang selalu menunjukkan semangat dan tekad di semua tantangan, baik di lapangan maupun di komunitas yang lebih luas. Atas nama Ebury, saya berharap yang terbaik untuk tim Parma Calcio untuk sisa musim saat ini dan seterusnya. Kami akan mendukung Anda,” kata Fernando Pierri, Global Chief Commercial Officer di Ebury.

Perusahaan Pembayaran Internasional Setelah Rebranding

Ebury, spesialis pembayaran internasional, manajemen risiko FX dan pinjaman bisnis, didirikan pada tahun 2009. Sejak saat itu, perusahaan telah memperluas kehadirannya ke 21 negara dan 32 cabang. Volume transaksi untuk tahun 2021 mencapai $21 miliar.

Pada akhir Agustus, perusahaan mengumumkan bahwa divisi investasi alternatifnya telah mengalami rebranding menjadi Ebury Institutional Solutions. Langkah tersebut dimaksudkan untuk menggarisbawahi penekanan kuat Ebury dalam mengembangkan bisnis investasi alternatifnya.

Proposisi Ebury memungkinkan manajer untuk menyebarkan modal secara global yang memungkinkan mereka untuk melaksanakan strategi investasi mereka dengan cepat dan efisien, perusahaan mencatat pada bulan Agustus.

Awal tahun ini, Ebury menginvestasikan €800.000 di startup KYC, LoopingOne. Sebulan sebelumnya, ia mengakuisisi Bexs untuk memperluas penawaran pembayaran globalnya di Brasil. Bexs adalah startup teknologi finansial lokal.

 

Di Marzio: AC Milan Memulai Kontak untuk Menandatangani Bek Kiri dari Parma

Di Marzio Ac Milan

Seperti yang sudah diberitakan oleh Sky Sports sebelumnya, para pemasar Rossoneri di Casa Milan sedang mengevaluasi bek sayap Parma untuk peran bek kiri, Giuseppe Pezzella. Dibutuhkan wakil Theo Hernàndez.

Nah, menurut laporan jurnalis Sky Sport Gianluca Di Marzio, Milan memang mengincar bek kiri Parma berusia 23 tahun yang memiliki kontrak hingga 2024. Berikut penuturan pakar bursa transfer tersebut:

“AC Milan mengadakan kontak dengan Parma untuk bek kiri Giuseppe Pezzella dari Parma. Dia akan menjadi wakil Theo Hernandez. Kami akan melihat apakah Milan akan membuat langkah lebih maju sekarang.”

Kunci Di Balik Kesuksesan Parma

Kunci Di Balik Kesuksesan Parma

Bagi siapa pun yang mengikuti sepak bola Italia pada 1990-an, Parma membangkitkan perasaan nostalgia karena kemampuannya untuk melawan peluang dan bersaing dengan elit di Italia meskipun merupakan klub provinsi.

Dibiayai oleh dairy company Parmalat, Emiliani mampu memperoleh pemain kelas dunia seperti Gianfranco Zola, Fabio Cannavaro, Hernán Crespo, dan Juan Sebastián Verón, sementara Gianluigi Buffon datang dari akademi muda.

Klub kemudian mengalami masa penurunan ketika Parmalat bangkrut pada tahun 2003 dan direformasi setahun kemudian, namun mereka masih berhasil mempertahankan posisinya di Serie A. Parma dari tahun 2000 hingga pertengahan 2010 adalah bayangan dari klub itu. Sudah memenangkan banyak trofi domestik dan kontinental di tahun 90-an, dan kemudian, klub mengalami kebangkrutan pada tahun 2015, memaksa mereka untuk memulai kembali di Serie D.

Sejak itu, klub dari wilayah Emilia-Romagna di Italia utara telah bangkit seperti burung phoenix dari abu, mencapai promosi berturut-turut dan kembali ke papan atas Italia dalam waktu singkat. Musim ini, Ducali telah memenangkan enam pertandingan, seri tiga kali, dan kalah enam kali. Bersama dengan tim seperti Torino dan Roma, mereka saat ini sedang dalam kontes yang padat untuk memperebutkan tempat di Liga Europa.

Tampaknya kontroversi mengikuti klub lagi setelah striker veteran Emanuele Calaió terlibat dalam skandal SMS setelah Parma memastikan promosi Serie A dengan kemenangan 2-0 melawan Spezia. Dia telah mengirim pesan kepada Claudio De Col dan Claudio Terzi dari tim Liguria untuk menenangkan diri, dan kebetulan, mantan striker Crociati Alberto Gilardino juga gagal mengeksekusi penalti.

Klub diberi penalti 5 poin dan promosi Serie A dipertaruhkan tetapi kemudian dibatalkan dan Calaió dihukum secara individual, menjalani larangan hingga 31 Desember.

Parma menandai kembalinya ke Serie A dengan hasil imbang 2-2 di kandang melawan Udinese, tetapi itu adalah kasus kehilangan dua poin. Striker Roberto Inglese membuka skor dua menit sebelum paruh waktu dan Antonino Barilla memperpanjang keunggulan pada menit ke-59, tetapi dua gol dalam mantra empat menit dari Zebrette menggagalkan kemenangan Crociati.

Hasil imbang tersebut diikuti oleh kekalahan tandang 1-0 dari SPAL, yang dimainkan di tempat netral di Bologna, dan kemudian, kekalahan 2-1 dari Juventus. Mereka meraih kemenangan pertama mereka musim ini dalam keadaan yang tidak terduga dan dari sumber yang paling tidak mungkin. Perjalanan ke Stadio Giuseppe Meazza tidak akan pernah mudah dan Inter mendominasi jalannya pertandingan sementara Ducali terus menekan mereka saat istirahat jika memungkinkan.

Pelatih Roberto D’Aversa menggantikan bek kiri berpengalaman Massimo Gobbi dengan pemain muda Federico Dimarco di babak pertama. Dimarco telah bergabung dengan Inter pada usia tujuh tahun, bekerja hingga debutnya di tim utama. Masa pinjaman segera menyusul, dan setelah dijual ke klub Swiss Sion, Inter menggunakan opsi pembelian kembali mereka, membawanya kembali ke klub sebelum meminjamkannya ke Parma musim ini. Dia beruntung tidak memberikan penalti dan kartu merah karena handball di garis gawang. Dengan 11 menit tersisa, Dimarco melancarkan serangan jarak jauh yang menggelegar dari luar sepatu kirinya ke sudut kanan untuk memberi Crociati kemenangan 1-0. Dia melepas bajunya dan merayakannya dengan rekan satu timnya, saat Samir Handanović yang tertegun memandang dengan kaget.

Menyusul hasil melawan Inter, Parma memenangkan pertandingan berturut-turut di Serie A dengan mengalahkan Cagliari 2-0 di kandang, dan pertandingan ini akan dikenang selamanya karena gol solo memukau yang dicetak oleh pemain sayap Pantai Gading Gervinho dua menit memasuki babak kedua. .

Pemain berusia 31 tahun itu berada lebih dari 80 meter dari Isolani ketika dia pertama kali menerima bola, tetapi dia menggiring bola melewati empat pemain bertahan sebelum melepaskan tembakan kaki kanan melewati kiper Sardi Alessio Cragno.

Setelah kalah 3-0 dari Napoli di San Paolo, Parma memenangkan dua pertandingan liga berikutnya, 1-0 dari Empoli dan kemudian 3-1 dari Genoa dan keduanya diraih tanpa penyerang tengah pilihan pertama Inglese, yang mengalami cedera hamstring.

Kemenangan tersebut diikuti dengan kekalahan 2-0 dari Lazio di kandang dan kekalahan 3-0 dari Atalanta saat tandang, sebelum bermain imbang 0-0 dengan Frosinone di Babak 11.

Dengan Inglese kembali ke starting line-up, Ducali bertandang ke Turin dan menang 2-1 melawan Torino. Mereka memimpin dengan dua gol berkat Gervinho dan Inglese tetapi mereka masih mempertahankan keunggulan meskipun Daniele Baselli membalaskan satu gol untuk Granata.

Setelah kemenangan tandang, Parma menang 2-1 melawan Sassuolo dalam derby lokal antara kedua tim dari Emilia-Romagna. Sekali lagi, Gervinho membuka skor sebelum Bruno Alves memperbesar keunggulan. Meski Khouma Babacar mengurangi margin dari titik penalti, Ducali mempertahankan kemenangan.

Parma hampir berhasil meraih kemenangan mengejutkan lainnya di Stadio Giuseppe Meazza ketika memimpin 1-0 di awal babak kedua melawan AC Milan, tetapi tidak seperti rival sekota mereka, Rossoneri bangkit dan menang 2-1.

Sementara aksi Liga Europa mungkin jauh dari pemikiran hierarki Gialloblu, mereka pasti tampil lebih baik dari Empoli dan Frosinone, klub lain yang promosi dari Serie B pada 2017/18. Ducali memperkuat skuad mereka lebih baik dari dua lainnya dan mereka telah dilatih dengan baik oleh ahli taktik baru Roberto D’Aversa.

D’Aversa mulai melatih di Virtus Lanciano di Serie B dari 2014 hingga 2016, tetapi dia menggantikan Luigi Apolloni pada Desember 2017 setelah Stefano Morrone menjalani masa sementara dua pertandingan di Lega Pro, dan pelatih kelahiran Jerman itu meraih dua promosi berturut-turut. sejak.

Sisi Parma-nya berbaris dalam formasi 4-3-3, bertahan dalam-dalam, dan menyerang di sayap. Simone Iacoponi dan Massimo Gobbi maju dari posisi full-back sementara Gervinho dan Antonio Di Gaudio mengapit Inglese di lini depan.

Manajemen Parma memastikan bahwa D’Aversa memiliki skuat yang mampu sukses di Serie A, dan mereka menumpuk skuatnya musim panas lalu dengan pemain yang cocok dengan sistem. Mereka mendatangkan 26 pemain, 19 di antaranya adalah pemain pinjaman atau transfer gratis.

Inglese telah menjadi pekerja keras yang gelisah di lini depan, memberikan banyak pekerjaan defensif sementara juga mencetak empat gol dalam 12 pertandingan. Bruno Alves dan Riccardo Gagliolo menjadi andalan di lini pertahanan, sementara bek remaja Alessandro Bastoni belakangan menjalin kerja sama dengan Alves. Di belakang mereka, Luigi Sepe telah menjadi penjaga gawang yang solid meski mengalami momen aneh yang tidak menentu, dan di lini tengah, Leo Stulac dan Barilla adalah dua petarung tangguh dan ulet yang memberikan banyak energi dan stamina. Fabio Ceravolo dan Gobbi jadi andalan, sedangkan Luca Rigoni dan Alessandro Deiola jadi pemain skuat yang lumayan.

Di atas segalanya, bintang saat ini adalah Gervinho. Setelah meninggalkan Roma untuk bergabung dengan klub Cina Hebei Club Fortune, pemain sayap Pantai Gading itu kembali ke Italia tahun ini, dan saat ini menjadi pencetak gol terbanyak untuk Emiliani dengan lima gol dalam 10 pertandingan, termasuk satu gol melawan Juventus. Direktur olahraga Parma Daniele Faggiano meyakinkannya tentang manfaat proyek tersebut melalui panggilan telepon musim panas lalu.

“Gervinho tahu dia datang ke tim yang lapar dan dia akan menjadi protagonis di tim yang baru dipromosikan,” kata Faggiano.

Sejak bergabung, dia menjadi bagian penting dari serangan Parma. Dia memenangkan Serie A Player of the Month untuk bulan November, dan dalam pertandingan melawan Sassuolo dan Torino, dia tampil tak terbendung di sayap kiri. Jika Parma ingin mengonsolidasikan status mereka sebagai klub papan tengah abadi, atau bahkan sebagai penantang Europa, Gervinho harus menjadi bagian penting darinya.

Laju ini mungkin tidak akan berlanjut untuk sisa musim ini, tetapi setelah kekacauan yang dialami klub, banyak penggemar sepak bola Italia akan senang melihat Parma di paruh atas tabel Serie A. Klub membangkitkan nostalgia, tetapi skuad saat ini membuat dampak tersendiri.

Sejarah Klub Sepak Bola FC Parma

Sejarah Klub Sepak Bola FC Parma

Sepak bola adalah olahraga yang memiliki penggemar yang fanatik di seluruh dunia. Banyak klub sepak bola terkenal yang memiliki sejarah panjang dan prestasi gemilang. Salah satu klub yang menarik perhatian adalah FC Parma. Klub ini memiliki cerita menarik dan perjalanan yang mengagumkan dalam dunia sepak bola. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi sejarah klub sepak bola FC Parma, dari awal mula hingga masa kini.

Awal Mula FC Parma

FC Parma didirikan pada tahun 1913 dengan nama Parma Football Club. Klub ini awalnya berkompetisi dalam liga lokal di Italia. Pada tahun 1960-an, Parma mulai menunjukkan potensi dan kualitas yang luar biasa dalam kompetisi lokal. Prestasi mereka di level regional membuat klub ini mendapatkan pengakuan yang lebih luas.

Kenaikan FC Parma ke Divisi Utama

Pada tahun 1990, FC Parma berhasil meraih promosi ke Divisi Utama Italia, Seri A. Ini merupakan pencapaian besar bagi klub yang awalnya bermain di tingkat lokal. FC Parma menjadi peserta tetap dalam kompetisi Seri A dan mulai menarik perhatian sebagai klub yang memiliki potensi untuk bersaing dengan klub-klub besar.

Kesuksesan FC Parma di Divisi Utama

FC Parma meraih kesuksesan yang luar biasa di Seri A. Klub ini berhasil menempati posisi yang tinggi dalam klasemen dan beberapa kali meraih tempat di kompetisi Eropa. Mereka juga mencapai prestasi gemilang dalam kompetisi piala domestik, seperti Coppa Italia. Performa yang konsisten membuat FC Parma menjadi klub yang dihormati di Italia.

Era Kejayaan FC Parma

Pada era 1990-an dan awal 2000-an, FC Parma mengalami puncak kejayaan. Klub ini menjadi salah satu kekuatan dominan dalam sepak bola Italia. Di bawah kepemimpinan manajer seperti Nevio Scala dan Carlo Ancelotti, FC Parma meraih banyak trofi dan mencapai pencapaian yang mengesankan.

Mereka memenangkan Coppa Italia dua kali berturut-turut pada tahun 1992 dan 1993. Pada musim 1994-1995, FC Parma meraih sukses yang besar dengan memenangkan Piala UEFA setelah mengalahkan klub juara Prancis, AS Monaco, di final. Prestasi ini membuat FC Parma menjadi sorotan internasional dan mendapatkan pengakuan sebagai salah satu klub terbaik di Eropa.

Krisis dan Kepailitan

Namun, setelah periode kejayaan, FC Parma menghadapi masa-masa sulit. Klub ini mengalami masalah keuangan yang serius yang menyebabkan kesulitan dalam mempertahankan skuad yang kuat. Kesulitan keuangan berdampak pada performa klub di lapangan, dan mereka terpaksa menjual pemain-pemain kunci untuk memenuhi kewajiban keuangan.

Pada tahun 2015, FC Parma akhirnya dinyatakan pailit. Kepailitan ini mengguncang dunia sepak bola Italia dan mengundang simpati dari penggemar sepak bola di seluruh dunia. FC Parma terpaksa turun ke divisi terbawah dan harus memulai dari awal untuk membangun kembali klub mereka.

Kebangkitan FC Parma

Meskipun mengalami kepailitan, semangat dan cinta para penggemar FC Parma tidak pernah padam. Klub ini mengalami proses reorganisasi dan berusaha untuk bangkit kembali. Berkat upaya keras dari pengurus klub dan dukungan penggemar setia, FC Parma berhasil meraih promosi ke divisi yang lebih tinggi pada tahun 2017.

Dalam beberapa tahun terakhir, FC Parma terus berjuang untuk kembali ke level kompetisi yang lebih tinggi. Klub ini berupaya membangun skuad yang solid dan mengembangkan pemain muda berbakat. Dengan semangat dan dedikasi yang tinggi, FC Parma berharap dapat kembali menjadi salah satu kekuatan dalam sepak bola Italia.

Saat Ini dan Masa Depan FC Parma

Saat ini, FC Parma berkompetisi di Seri B, divisi kedua sepak bola Italia. Klub ini terus berusaha untuk memperkuat posisinya dan meraih promosi kembali ke Seri A. Mereka mengandalkan bakat-bakat muda dan mencari peluang untuk berkembang dalam kompetisi domestik.

Masa depan FC Parma tergantung pada kemampuan klub untuk mengelola keuangan dengan baik dan membangun fondasi yang stabil. Dengan dukungan dari penggemar dan manajemen yang kompeten, FC Parma memiliki potensi untuk kembali menjadi klub yang kompetitif di tingkat nasional dan internasional.

Analisis Pemain: Gianluca Caprari

Analisis Pemain: Gianluca Caprari

Ketika Pescara memenangkan gelar Serie B 2011/12, ia melakukannya dengan sangat baik di bawah pelatih Ceko Zdeněk Zeman dan sekelompok pemain muda Italia muncul di bawah asuhannya.

Gelandang kreatif Marco Verratti serta pemain depan Ciro Immobile dan Lorenzo Insigne membintangi Delfini di divisi dua Italia sepanjang musim itu, dan memiliki karier yang sukses di tempat lain. Ketiganya juga tampil dalam kemenangan Italia di Euro 2020 dan ketiga pemain itu menjadi starter di final melawan Inggris.

Anak muda lain yang muncul selama musim 2011/12 di Pescara, tetapi belum mencapai level yang sama dengan Verratti, Immobile, dan Insigne dalam karir mereka adalah Gianluca Caprari. Pemain berusia 28 tahun ini telah menjadi pesepakbola pekerja harian dengan karir yang penuh dengan masa pinjaman, tetapi dia menunjukkan tingkat konsistensi di Hellas Verona yang jarang terlihat di klub lain.

Caprari telah mencetak tiga gol dan memberikan empat asis dalam sembilan pertandingan Serie A sejauh ini di musim 2021/22 untuk Gialloblù, namun ia tetap menunjukkan performa bagus dalam pertandingan meski tidak terlibat langsung dalam gol.

Di bawah bimbingan ahli taktik Kroasia Igor Tudor, Verona telah muncul sebagai kuda hitam untuk tempat UEFA Europa League atau Conference League. Caprari pada tahap awal musim telah menjadi bagian penting dari itu tetapi gagasan penduduk asli Roma menjadi bagian penting dalam tim mana pun di level Serie A terkadang sulit untuk divisualisasikan.

Caprari adalah lulusan dari akademi muda Roma, dan dia pernah bermain dengan pemain seperti Alessandro Florenzi, Matteo Politano, Valerio Verre, dan Federico Barba, yang memiliki berbagai tingkat kesuksesan bermain di Serie A. Dia tampil dua kali untuk Primavera skuat di musim liga 2009/10 tetapi dia mendapatkan lebih banyak waktu bermain di musim berikutnya.

Beroperasi sebagai trequartista atau gelandang serang dalam formasi 4-2-3-1 di bawah asuhan Pelatih Alberto De Rossi, Caprari mencetak enam gol dalam 20 pertandingan liga saat Giallorossi memenangkan gelar dan dia juga mencetak tiga gol kali di Piala Viareggio yang bergengsi.

Selain penampilannya bersama Primavera, ia juga tampil dua kali sebagai pemain pengganti untuk tim senior menjelang akhir musim Serie A 2010/11. Pelatih baru Luis Enrique memberi anak muda itu beberapa peluang di awal musim 2011/12 sebelum kembali ke sepak bola remaja. Caprari bermain di kedua leg saat Slovan Bratislava menyingkirkan Roma dari babak kualifikasi Liga Europa dan dia juga kembali tampil di Serie A.

Setelah mencetak enam gol dalam 11 pertandingan liga Primavera, Roma memutuskan untuk meminjamkan pemain muda tersebut ke Pescara untuk paruh kedua musim ini. Zeman memiliki trisula penyerang yang mantap dari Marco Sansovini, Immobile, dan Insigne, tetapi Caprari menjadi super-sub pilihan, biasanya menggantikan Sansovini dan mencetak tiga gol dalam 14 pertandingan Serie B.

Zeman, Sansovini, Immobile, dan Insigne telah meninggalkan Delfini pada akhir musim 2011/12 sementara Verratti dijual ke raksasa Prancis Paris Saint-Germain. Sementara itu, Caprari tetap di klub setelah Pescara menandatangani kesepakatan kepemilikan bersama untuk penyerang serba bisa itu. Itu adalah musim yang harus dilupakan di Serie A karena klub dari wilayah Abruzzo di Italia tengah finis di dasar klasemen sementara pemain Roma itu hanya mencetak dua gol dalam 24 pertandingan liga.

Roma membeli separuh kontraknya dari Pescara tetapi dia hanya tampil sekali di Serie A untuk musim 2013/14. Delfini membawanya kembali ke Abruzzo untuk paruh kedua musim ini dan mereka langsung mendapatkannya dengan biaya yang dilaporkan sebesar €1,75 juta. 18 bulan berikutnya merupakan perjuangan bagi Caprari di Pescara tetapi musim Serie B 2015/16 ternyata menjadi sesuatu yang istimewa bagi Delfini dan penyerang Roma mereka.

Pescara finis keempat di liga di bawah Pelatih Massimo Oddo dan mendapatkan promosi setelah menyingkirkan Trapani di final play-off Serie B. Itu adalah tim yang terdiri dari pemain seperti Verre, Ledian Memushaj, Rolando Mandragora, dan Lucas Torreira sementara Caprari yang beroperasi sebagai striker pendukung mengembangkan kemitraan yang luar biasa dengan Gianluca Lapadula.

Lapadula finis sebagai pencetak gol terbanyak di Serie B dengan 27 gol dalam 40 pertandingan dan dia juga memberikan 11 assist. Pemain internasional Peru yang sekarang juga mencetak tiga gol dalam empat pertandingan play-off. Caprari mencetak 13 gol dalam 38 pertandingan dan memberikan 12 assist sementara juga memberikan satu assist di babak play-off.

AC Milan membeli Lapadula untuk musim 2016/17 dan dia mendapatkan waktu bermain di sana sedangkan Inter memutuskan untuk mengakuisisi Caprari seharga €8,25 juta tetapi dia kembali dengan status pinjaman ke Pescara. Caprari akan beroperasi baik sebagai pemain sayap atau sembilan palsu di bawah Oddo dan kemudian Zeman untuk musim 2016/17, mencetak sembilan gol dalam 35 pertandingan, tetapi tanpa Lapadula, Pescara sekali lagi finis di dasar klasemen Serie A.

Pria Romawi itu tidak pernah mendapat kesempatan bermain untuk Inter karena ia terlibat dalam kesepakatan transfer yang mengirimnya ke Sampdoria sementara bek tengah Milan Škriniar pergi ke arah yang berlawanan. Di bawah asuhan Marco Giampaolo, Caprari digunakan sebagai striker pendukung atau gelandang serang, tergantung siapa lagi yang tersedia atau di mana dia paling dibutuhkan.

Dia menyelesaikan musim Serie A 2017/18 dengan lima gol dalam 34 pertandingan, termasuk tiga gol dalam lima pertandingan, dan juga mencetak dua gol dalam tiga penampilan Coppa Italia. Cedera kaki membatasi penampilannya di liga selama musim 2018/19, tetapi Caprari berhasil mencetak enam gol dalam 21 pertandingan Serie A, dan performanya, terutama saat ia bermain sebagai trequartista, sudah cukup membuatnya dipanggil ke Italia. tim nasional.

Setelah Giampaolo hengkang ke AC Milan, penyerang serba bisa itu berjuang untuk tampil baik di bawah Eusebio Di Francesco dan penggantinya Claudio Ranieri. Dia menghabiskan paruh pertama musim 2019/20 di Sampdoria, mencetak tiga gol, tetapi dia dipinjamkan ke Parma untuk paruh kedua musim, mencetak dua gol lagi.

Caprari dikirim untuk dipinjamkan lagi pada musim 2020/21, kali ini ke Benevento, yang telah dipromosikan dari Serie B. Dia dipersatukan kembali dengan Lapadula, yang telah mengembangkan pemahaman yang baik dengannya di Pescara, tetapi mereka tidak dapat menghasilkan keajaiban yang sama seperti sebelumnya. mereka melakukannya di Abruzzo. Stregoni terdegradasi pada akhir musim sementara Caprari hanya bisa mencetak lima gol dalam 30 pertandingan Serie A untuk klub dari Campania di Italia selatan.

Meski tampil untuk Sampdoria di Coppa Italia pada awal musim ini, pemain berusia 28 tahun itu kembali hengkang. Hellas Verona sedang mencari pengganti Mattia Zaccagni, yang pindah ke Lazio, dan Caprari bergabung dengan Gialloblù dengan status pinjaman.

Dia akan dipersatukan kembali dengan Di Francesco sebentar untuk satu pertandingan sebelum pelatih diganti setelah kalah 1-0 dari Bologna. Tudor masuk dan dia memastikan bahwa tim melanjutkan filosofi pendahulu Di Francesco, Ivan Jurić.

Tudor telah memanfaatkan formasi 3-4-2-1 dengan Caprari sebagai gelandang serang kiri dan pemain berusia 28 tahun itu telah menjadi sumber bakat dan kreativitas yang hebat. Dia telah mengembangkan pemahaman yang hebat dengan Giovanni Simeone, khususnya memberi umpan kepada pemain Argentina itu untuk dua dari empat golnya dalam kemenangan mengejutkan 4-1 melawan Lazio.

Caprari memiliki kemampuan mencetak gol dengan tendangan voli yang menggelegar dan drive jarak jauh, dia dapat menggiring bola melewati lawan, dan dia memiliki visi passing yang luar biasa. Mentalitas menyerang dari Hellas Verona ini telah mengeluarkan kemampuan terbaiknya sejauh ini dan dia terbukti menjadi pemain yang sangat penting.

Bermain dengan jenis kebebasan yang mungkin tidak dia miliki di periode Serie A yang berbeda, pemain Roma itu menunjukkan pemain seperti apa dia sebenarnya. Masih harus dilihat apakah Verona membelinya langsung untuk Sampdoria, tetapi tanda-tanda awal menunjukkan bahwa dia mungkin memiliki rumah baru di wilayah Veneto, di mana dia benar-benar bisa menjadi dirinya sendiri.

P